Kamis, 17 Januari 2013

KRITERIA ALAT UKUR BIDANG OLAHRAGA YANG BAIK


KRITERIA ALAT UKUR BIDANG OLAHRAGA YANG BAIK



MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
yang dibina oleh Bapak Adi Wijayanto, S.Or, S.Kom, M.Pd




Oleh:
Agus Alfan Kamil
Dwi Wiwik AR
Wahyu Ramadi





  

IKIP BUDI UTOMO
PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
Desember 2012


KRITERIA ALAT UKUR BIDANG OLAHRAGA YANG BAIK

A.    MACAM-MACAM KRITERIA
Untuk memilih atau menyusun alat ukur yang baik dalkam bidang keolahragaan, sehingga menghasilkan data atau informasi pengukuran yang akurat atau relevan, dan pada akhirnya menghasilkan suatu keputusan pendidikan yang bijaksana, haruslah memenuhi kriteria-kriteria tersebut dibawah ini.
1.      Kesahihan (Validity)
a.       Pengertian.
Suatu alat evaluasi dikatakan sahih, bila ia benar-benar sesuai dengan apa yang hendak diukur. Atau dengan kata lain suatu ujian mata pelajaran tertentu dikatan sahih, jika benar-benar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai sesuai penyajian mata pelajaran itu, misalnya
-          Untuk mengukur panjang digunakan meteran, mengukur berat menggunakan timbangan berat, mengukur kecepatan lari 100 M digunakan stop watch.
-          Untuk mengukur penguasaan matematika digunkan tes matematika untuk kelas yang setara
-          Untuk mengukur passing pada permainan bola voli, digunakan tes wall bounce untuk kelas yang setara.
b.      Macam-macam Kesahihan
Ada macam-macam kesahihan, yakni:
-          Kesahihan Isi (Content validity)
Yang dimaksud dengan Content validity adalah kesahihan yang dipandang dari segi isi alat evaluasi/ukur,  yaitu sejauh mana alat tersebut isinya telah dapat dianggap mengukur hal-hal yang mewakili keseluruhan materi pelajaran yang akan dievaluasi.
-          Kesahihan Hubungan (Creterion Reletted Validity),
Yang dimaksud dengan Creterion Reletted Validity adalah kesahihan ditinjau dari hubungan dengan alat evaluasi/ukur lain yang dipandang sebagai kreteria untuk menentukan tinggi rendahnya kesahihan alat ukur yang sedang dipersoalkan.
            Cara menyelidiki dengan menghitung korelasi antara alat pengukur yang sedang dipersoalkan dengan kriteria. Makin tinggi koefisien korelasi antara kedua itu, berarti makin tinggi kesahihannya.



Ada macam-macam kesahihan hubungan, yakni:
-          Concurrent Validity
Kalau kreteria datangnya atau tersedia dalam waktu bersamaan dengan alat pengukur yang sedang diselidiki, misalnya alat pengukur skil tes bola voli buatan guru kelas dan kriterianya menggunakan skill tes bola voli yang sudah dibakukan.
-          Predictive Validity (kesahihan ramalan)
Yang dimaksud dengan kesahihan ramalan ini bila kriteria itu terdapat diwaktu yang akan datang sebab alat ukur itu dibuat untuk meramalkan (prediksi) tentang kegiatan.
Misalnya, alat ukur ujian skill masuk FPOK, kriteria indeks prestasi FPOK
-          Construct Validity (Kesahihan kontruksi/konsep)
Yang dimaksud dengan kesahihan kontruksi atau kesahihan konsep adalah sejauh mana hasil pengukuran dianggap sebagai telah mencerminkan rekaan (konstruc), biasanya dalam teori psikologi.
Misalnya: seorang pelatih mempunyai teori tentang penggunaan kericuan dalam suatu pertandingan untuk mencapai suatu kemenangan. Alat ukur akan dianggap sahih bila dapat mengungkap perbedaan-perbedaan antara pelatih yang satu dan pelatih yang lain.
c.       Cara mencari kesahihan pada skill test.
1.      Pada cabang olahraga perorangan.
Misalnya bulu tangkis.
      Untuk mengukur dipilih unsur-unsur penting dari olahraga bulutangkis, kemudian unsur-unsur tersebut diteskan pada kelompok siswa dan selajutnya hasil itu disusun menurut urutannya. Setelah itu setiap siswa dipertandingkan dengan sistim setengan kompetisi atau kompetisi penuh. Kalau siswa-siswa yang memperoleh hasil tes skill baik, juga menang dalam pertandingan itu atau kebanyakan dapat memenangkan dalam turnamen, ini berarti bahwa alat evaluasi itu mengukur unsur-unsur yang sesuai, maka tes itu dapat dikatakan valid.
2.      Cabang Olahraga beregu (Team Sport)
Misalnya pada olahraga bola voli
      Sekelompok pemain dites ketangkasanya dal unsur-unsur permainan bola voli (tes skill). Hasilnya dicatat dan diurutkan sesuai dengan besarnya (dari hasil yang terbaik berturut-turut ke hasil yang kurang baik).
      Tiga orang atau lebih pembina/pelatih yang benar-benar ahli tentang permainan bola voli, diminta untuk menilai secara subyektif melalui observasi masing-masing pemain, pada saat bermain bola voli. Selanjutnya diambil  nilai rata-rata dari hasil penilaian pada pelatih tersebut dan kemudiaan disusun seperti halnya pada tes ketangkasan diatas.
      Bila ada persamaan atau keseragaman antara hasil tes ketangkasan dan rata-rata nilai dari pembina ini berarti bahwa keduanya mengukur hal-hal yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes bola voli tersebut adalah sahih atau dengan kata lain para pemain yang mencapai nilai tertinggi dalam tes keterampilannya juga mempunyai urutan yang baik dari para pelatih yang memberikan penilaian secara subyektif. Dianjurkan jumlah penilai ahli adalah ganjil, 3 atau 5 orang dan seterusnya.
d.      Derajat validitas
0,80 – 1,00 =  istimewa
0,70 – 0,79 =  tinggi
0,50 – 0,69 = cukup
0,00 – 0,49 = kurang
2.      Keterandalan (Reliability)
  1. Pengertian,
Alat ukur yang baik harus tinggi reliabilitasnya. Suatu alat evaluasi/ukur dikatakan terandalkan jika ia dapat menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya. Jika alat pengukurnya terandalkan, maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan memakai alat ukur yang sama terhadap obyek dan subyek yang sama maka hasilnya akan tetap atau relatif sama. 
  1. Macam-macam Keterandalkan
-          Keterandalan Pengukuran Ulang
-          Keterandalan Pengukuran Belah Dua
-          Keterandalan Pengukuran Setara
  1. Cara mencari Keterandalan Tes.
1)      Metode Pengukuran Ulang (test-retest method)
Metode yang ideal untuk menunjukkan rehabilitas dari tiap item tes eksperimen adalah memberikan tes yang sama dua hari berturut-turut, selanjutnya dicari korelasi atau hasil dua tes itu. Bila tes itu mengukur secara tetap, akan mempunyai korelasi yang tinggi (90 atau lebih). Pelaksanaan dua hari berturut-turut dimaksudkan agar siswa tidak mempunyai kesempatan untuk berlatih, disamping itu juga tidak banyak kemungkinan perubahan dalam kondisi badan dan sikap siswa.
2)      Metode Pengukuran Belah Dua (Split Half Reliability)
Karena adanya kesulitan untuk mengadakan tes ulang, maka digunakan cara belah dua . Skor-skor dari separuh tes dapat dikorelasikan dengan skor-skor separuh yang lain. Bila tes terdiri dari terdiri dari 10 percobaan (item), maka skor dari nomor percobaan ganjil (1,3,5,7 dan 9) dikorelasikan dengan skor dari nomor percobaan genap (2,4,6,8, dan 10).
3)      Metode Pengukuran Setara
Dalam metode ini disusun dua macam tes yang setara, yang biasanya disebut istilah bentuk (form), misalnya: bentuk A dan bentuk B atau bentuk L dan bentuk M. Kedua bentuk ini dimiliki, keduanya dapat diberikan kepada siswa, masing-masing pertama kali dengan ujian bentuk A (L) dan berikutnya dengan ujian B (M).
  1. Derajat/Taraf Rehabilitas.
Besarnya koefisien rehabilitas suatu tes sehinggaalat pengukur itu dapat digunkan , haruslah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk pendidikan secara garis besar adalah sebagi berikut:
Ø  Menurut Ruch dan Staddard                         
     0,95 – 0,99 – sangat tinggi       - jarang terjadi                       
     0,90 – 0,94 – tinggi                  - tes yang baik           
     0,80 – 0,89 – sedang                - termasuk sedang bagi tes perorangan
     0,70 – 0,79 – agak rendah        - cukup bagi pengukuran kelompok  
     Kurang dari 0,69 – rendah       - tidak cukup bagi pengukuran perorangan tapi cukup untuk kelompok/sekolah     
Ø  Guilford
     0,90 – 1,00 –  korelasi sangat tinggi
     0,70 – 0,90 – korelasi tinggi
     0,40 – 0,70 – korelasi sedang
     0,20 – 0,40 – korelasi rendah
     Kurang dari 0,69 – rendah
Ø  Larson dan Yakom
1,00 – korelasi sempurna
            0,75 – korelasi tinggi
0,50 – korelasi sedang
0,25 – korelasi rendah
0,00 – korelasi tidak berarti

3.      Obyektivitas
  1. Pengertian,
Yang dimaksud dengan obyektivitas suatu alat ukur, yaitu bila dua atau tiga pengukur/pengetes memperoleh hasil yang seragam (uniform) dalam pengambilan/tes terhadap siswa/kelompok yang sama. Faktor obyektif sekurang-kurangnya harus ditentukan oleh dua orang penguji. Pengertian obyektif hampir sama dengan reliabilitas, keduanyan tentang hasil pengkuran yang tetap/seragam.
  1. Cara mencari obyektivitas.
Sebagai mana diketahui bahwa reliabilitas menunjukkanhanya ada satu penguji yang mengadakan pengukuran ulang terhadap kelompok siswa yang sama. Kenudian kedua hasil pengukuran itu dikorelasikan/dibandingkan. Sedangkan pada obyektivitas terdapat dua atau tiga pengetes terhadap kelompok yang sama dalam pengumpulan data dan kemudian hasil-hasil pengukuran itu dikorelasikan/dibandingkan. Bila hasil perhitungan korelasi itu tinggi, berarti bahwa alat ukut tersebut adalah byektif.
  1.  Derajat Obyektivitas
0,95 – 1,00 =  istimewa
            0,85 – 0,94 =  tinggi
            0,70 – 0,84 = cukup
            0,00 – 0,69 = kurang

Syarat-syarat mennyusun skill test:
  1. Tes harus mengukur kemampuan teknik yang penting
  2. Tes harus menyerupai situasi bermain sesungguhnya
  3. Tes harus mendorong bentuk gerakan yang baik
  4. Tes harus dilakukan oleh hanya seorang saja.
  5. Tes harus cukup sukar
  6. Tes harus dapat membedakan tingkat kemampuan siswa.
  7. Tes harus dilengkapi cara skore yang teliti
  8. Tes harus mempunyai cukup jumlah percobaan
  9. Tes harus menarik (interest)
  10. Tes harus ada tuntunan tertentu.
  11. Tes harus ekonomis
  12. Tes harus mempunyai kemudahan dalam pengadministrasian.


Daftar Rujukan:
Lukman OT. 2011. Evaluasi Pepmbelajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Malang: PPS IKIP BUDI UTOMO MALANG. 



KRITERIA ALAT UKUR BIDANG OLAHRAGA YANG BAIK versi Power Point sedott disini Gratiss


0 komentar: