KRITERIA ALAT
UKUR BIDANG OLAHRAGA YANG BAIK
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga
yang
dibina oleh Bapak Adi Wijayanto,
S.Or,
S.Kom,
M.Pd
Oleh:
Agus Alfan Kamil
Dwi Wiwik AR
Wahyu Ramadi
IKIP BUDI UTOMO
PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
Desember 2012
KRITERIA ALAT UKUR BIDANG OLAHRAGA YANG BAIK
A.
MACAM-MACAM KRITERIA
Untuk
memilih atau menyusun alat ukur yang baik dalkam bidang keolahragaan, sehingga
menghasilkan data atau informasi pengukuran yang akurat atau relevan, dan pada
akhirnya menghasilkan suatu keputusan pendidikan yang bijaksana, haruslah
memenuhi kriteria-kriteria tersebut dibawah ini.
1.
Kesahihan (Validity)
a.
Pengertian.
Suatu
alat evaluasi dikatakan sahih, bila ia benar-benar sesuai dengan apa yang
hendak diukur. Atau dengan kata lain suatu ujian mata pelajaran tertentu
dikatan sahih, jika benar-benar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan untuk dicapai sesuai penyajian mata pelajaran itu, misalnya
-
Untuk mengukur panjang digunakan
meteran, mengukur berat menggunakan timbangan berat, mengukur kecepatan lari
100 M digunakan stop watch.
-
Untuk mengukur penguasaan matematika
digunkan tes matematika untuk kelas yang setara
-
Untuk mengukur passing pada permainan
bola voli, digunakan tes wall bounce untuk kelas yang setara.
b.
Macam-macam Kesahihan
Ada
macam-macam kesahihan, yakni:
-
Kesahihan Isi (Content validity)
Yang
dimaksud dengan Content validity adalah kesahihan yang dipandang dari
segi isi alat evaluasi/ukur, yaitu
sejauh mana alat tersebut isinya telah dapat dianggap mengukur hal-hal yang
mewakili keseluruhan materi pelajaran yang akan dievaluasi.
-
Kesahihan Hubungan (Creterion
Reletted Validity),
Yang
dimaksud dengan Creterion Reletted Validity adalah kesahihan ditinjau
dari hubungan dengan alat evaluasi/ukur lain yang dipandang sebagai kreteria
untuk menentukan tinggi rendahnya kesahihan alat ukur yang sedang dipersoalkan.
Cara menyelidiki dengan menghitung
korelasi antara alat pengukur yang sedang dipersoalkan dengan kriteria. Makin
tinggi koefisien korelasi antara
kedua itu, berarti makin tinggi kesahihannya.
Ada
macam-macam kesahihan hubungan, yakni:
-
Concurrent
Validity
Kalau
kreteria datangnya atau tersedia dalam waktu bersamaan dengan alat pengukur
yang sedang diselidiki, misalnya alat pengukur skil tes bola voli buatan guru
kelas dan kriterianya menggunakan skill tes bola voli yang sudah dibakukan.
-
Predictive
Validity (kesahihan ramalan)
Yang
dimaksud dengan kesahihan ramalan ini bila kriteria itu terdapat diwaktu yang
akan datang sebab alat ukur itu dibuat untuk meramalkan (prediksi) tentang
kegiatan.
Misalnya,
alat ukur ujian skill masuk FPOK, kriteria indeks prestasi FPOK
-
Construct
Validity (Kesahihan kontruksi/konsep)
Yang
dimaksud dengan kesahihan kontruksi atau kesahihan konsep adalah sejauh mana
hasil pengukuran dianggap sebagai telah mencerminkan rekaan (konstruc),
biasanya dalam teori psikologi.
Misalnya:
seorang pelatih mempunyai teori tentang penggunaan kericuan dalam suatu
pertandingan untuk mencapai suatu kemenangan. Alat ukur akan dianggap sahih
bila dapat mengungkap perbedaan-perbedaan antara pelatih yang satu dan pelatih
yang lain.
c.
Cara mencari kesahihan pada skill test.
1.
Pada cabang olahraga perorangan.
Misalnya
bulu tangkis.
Untuk
mengukur dipilih unsur-unsur penting dari olahraga bulutangkis, kemudian
unsur-unsur tersebut diteskan pada kelompok siswa dan selajutnya hasil itu
disusun menurut urutannya. Setelah itu setiap siswa dipertandingkan dengan sistim
setengan kompetisi atau kompetisi penuh. Kalau siswa-siswa yang memperoleh
hasil tes skill baik, juga menang dalam pertandingan itu atau kebanyakan dapat
memenangkan dalam turnamen, ini berarti bahwa alat evaluasi itu mengukur
unsur-unsur yang sesuai, maka tes itu dapat dikatakan valid.
2.
Cabang Olahraga beregu (Team Sport)
Misalnya
pada olahraga bola voli
Sekelompok pemain dites ketangkasanya dal
unsur-unsur permainan bola voli (tes skill). Hasilnya dicatat dan diurutkan
sesuai dengan besarnya (dari hasil yang terbaik berturut-turut ke hasil yang
kurang baik).
Tiga orang atau lebih pembina/pelatih yang
benar-benar ahli tentang permainan bola voli, diminta untuk menilai secara
subyektif melalui observasi masing-masing pemain, pada saat bermain bola voli.
Selanjutnya diambil nilai rata-rata dari
hasil penilaian pada pelatih tersebut dan kemudiaan disusun seperti halnya pada
tes ketangkasan diatas.
Bila ada persamaan atau keseragaman antara
hasil tes ketangkasan dan rata-rata nilai dari pembina ini berarti bahwa
keduanya mengukur hal-hal yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tes bola voli tersebut adalah sahih atau dengan kata lain para pemain yang
mencapai nilai tertinggi dalam tes keterampilannya juga mempunyai urutan yang
baik dari para pelatih yang memberikan penilaian secara subyektif. Dianjurkan
jumlah penilai ahli adalah ganjil, 3 atau 5 orang dan seterusnya.
d.
Derajat
validitas
0,80 – 1,00 = istimewa
0,70 – 0,79 =
tinggi
0,50 – 0,69 = cukup
0,00
– 0,49
= kurang
2. Keterandalan
(Reliability)
- Pengertian,
Alat ukur yang baik harus tinggi reliabilitasnya.
Suatu alat evaluasi/ukur dikatakan terandalkan jika ia dapat menghasilkan suatu
gambaran yang benar-benar dapat dipercaya. Jika alat pengukurnya terandalkan,
maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan memakai alat ukur yang
sama terhadap obyek dan subyek yang sama maka hasilnya akan tetap atau relatif
sama.
- Macam-macam
Keterandalkan
-
Keterandalan
Pengukuran Ulang
-
Keterandalan
Pengukuran Belah Dua
-
Keterandalan
Pengukuran Setara
- Cara
mencari Keterandalan Tes.
1) Metode Pengukuran Ulang (test-retest method)
Metode yang ideal untuk menunjukkan rehabilitas
dari tiap item tes eksperimen adalah memberikan tes yang sama dua hari
berturut-turut, selanjutnya dicari korelasi atau hasil dua tes itu. Bila tes
itu mengukur secara tetap, akan mempunyai korelasi yang tinggi (90 atau lebih).
Pelaksanaan dua hari berturut-turut dimaksudkan agar siswa tidak mempunyai
kesempatan untuk berlatih, disamping itu juga tidak banyak kemungkinan
perubahan dalam kondisi badan dan sikap siswa.
2) Metode Pengukuran Belah Dua (Split Half
Reliability)
Karena adanya kesulitan untuk mengadakan tes ulang, maka digunakan cara
belah dua . Skor-skor dari separuh tes dapat dikorelasikan dengan skor-skor
separuh yang lain. Bila tes terdiri dari terdiri dari 10 percobaan (item), maka
skor dari nomor percobaan ganjil (1,3,5,7 dan 9) dikorelasikan dengan skor dari
nomor percobaan genap (2,4,6,8, dan 10).
3) Metode Pengukuran Setara
Dalam metode ini disusun dua macam tes yang setara, yang biasanya
disebut istilah bentuk (form), misalnya: bentuk A dan bentuk B atau bentuk L
dan bentuk M. Kedua bentuk ini dimiliki, keduanya dapat diberikan kepada siswa,
masing-masing pertama kali dengan ujian bentuk A (L) dan berikutnya dengan
ujian B (M).
- Derajat/Taraf Rehabilitas.
Besarnya koefisien rehabilitas suatu tes
sehinggaalat pengukur itu dapat digunkan , haruslah memenuhi syarat-syarat yang
diperlukan untuk pendidikan secara garis besar adalah sebagi berikut:
Ø Menurut Ruch dan Staddard
0,95 –
0,99 – sangat tinggi - jarang
terjadi
0,90 –
0,94 – tinggi - tes yang
baik
0,80 –
0,89 – sedang - termasuk
sedang bagi tes perorangan
0,70 –
0,79 – agak rendah - cukup bagi
pengukuran kelompok
Kurang
dari 0,69 – rendah - tidak cukup
bagi pengukuran perorangan tapi cukup untuk kelompok/sekolah
Ø Guilford
0,90 –
1,00 – korelasi sangat tinggi
0,70 –
0,90 – korelasi tinggi
0,40 –
0,70 – korelasi sedang
0,20 –
0,40 – korelasi rendah
Kurang
dari 0,69 – rendah
Ø Larson dan Yakom
1,00 – korelasi sempurna
0,75
– korelasi tinggi
0,50 – korelasi sedang
0,25 – korelasi rendah
0,00 – korelasi tidak berarti
3. Obyektivitas
- Pengertian,
Yang dimaksud dengan obyektivitas suatu alat ukur,
yaitu bila dua atau tiga pengukur/pengetes memperoleh hasil yang seragam
(uniform) dalam pengambilan/tes terhadap siswa/kelompok yang sama. Faktor
obyektif sekurang-kurangnya harus ditentukan oleh dua orang penguji. Pengertian
obyektif hampir sama dengan reliabilitas, keduanyan tentang hasil pengkuran
yang tetap/seragam.
- Cara
mencari obyektivitas.
Sebagai mana diketahui bahwa reliabilitas
menunjukkanhanya ada satu penguji yang mengadakan pengukuran ulang terhadap
kelompok siswa yang sama. Kenudian kedua hasil pengukuran itu
dikorelasikan/dibandingkan. Sedangkan pada obyektivitas terdapat dua atau tiga
pengetes terhadap kelompok yang sama dalam pengumpulan data dan kemudian
hasil-hasil pengukuran itu dikorelasikan/dibandingkan. Bila hasil perhitungan
korelasi itu tinggi, berarti bahwa alat ukut tersebut adalah byektif.
- Derajat Obyektivitas
0,95 – 1,00 =
istimewa
0,85
– 0,94 = tinggi
0,70
– 0,84 = cukup
0,00
– 0,69 = kurang
Syarat-syarat mennyusun skill test:
- Tes harus mengukur kemampuan teknik yang
penting
- Tes harus menyerupai situasi bermain sesungguhnya
- Tes harus mendorong bentuk gerakan yang baik
- Tes harus dilakukan oleh hanya seorang saja.
- Tes harus cukup sukar
- Tes harus dapat membedakan tingkat kemampuan
siswa.
- Tes harus dilengkapi cara skore yang teliti
- Tes harus mempunyai cukup jumlah percobaan
- Tes harus menarik (interest)
- Tes harus ada tuntunan tertentu.
- Tes harus ekonomis
- Tes harus mempunyai kemudahan dalam
pengadministrasian.
Daftar Rujukan:
Lukman OT. 2011. Evaluasi Pepmbelajaran
Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Malang: PPS IKIP BUDI UTOMO MALANG.
KRITERIA ALAT UKUR BIDANG OLAHRAGA YANG BAIK versi Power Point sedott disini Gratiss